::: tunjukilah kami jalan yg lurus [QS 1:6] :::

5 Hal Pengingat Kebersamaan Kita

Ada kalanya momen-momen terjadi dan menjadi pengingat kerbersamaan kita. Entah momen bahagia, sedih, dan ataupun penuh perjuangan.

1. Curi-curi Kesempatan ke Taman Mini

Ini adalah satu momen sebelum menikah yang layak dikenang. Kita sama sekali awam satu sama lain. Baru kenal beberapa minggu dan dihadapkan pada keputusan "akan" menikah dua bulan ke depan. Jujur, cukup berat. Tapi entah kenapa, waktu itu mengalir saja. Mungkin sudah jalannya, sudah takdirnya.

Aku inget kamu ngambek di malam harinya. Entah karena apa. Dan karena aku tak mau ini berlarut-larut, kita izin kerja dan pergi berdua tanpa tujuan. Lalu sampailah kita di Taman Mini. Tidak berusaha menyelesaikan masalah yang semalem terjadi, tapi hanya bersenang-senang bersama disana. Dan diluar dugaan, aku jadi "mengenal" mu. Dengan sifat-sifat dan karaktermu yang selama ini tertutupi oleh "ingin terlihat sempurna".

2. Dieng dan Yogyakarta

Setelah menikah kamu kebingungan. Diajak ke Bali ga mau, ke Lombok ga mau, ke Belitung ga mau, ke Karimun ga mau. Dan akhirnya dengan nekat saja aku tawarkan Dieng buat kamu. Dengan transportasi dan akomodasi yang "seadanya". Karena memang ga banyak pilihan. Kereta ekonomi sampe Purwokerto, Bus Kaleng sampe Wonosobo, dan mobil elf sampe Dieng. Bawa tas keril alih-alih koper. Nginep di penginepan seadanya, dan bukan hotel. Dan anehnya kamu mau. Dan, di luar dugaanku, kita menikmatinya. Subuh-subuh ke Sikunir, mampir ke Sikidang, foto-foto di Bukit Pandang, makan mie ongklok, dan menenangkan diri di Komplek Candi. Semuanya menyenangkan.

Dan kita ingin mengulangi cerita bahagia itu lagi tiga bulan kemudian di tempat yang menurut kita lebih asyik, Yogya. Tentu dengan akomodasi yang lebih wah, dengan harapan ini akan menjadi lebih indah dari Dieng. Kereta eksekutif, hotel yang "mahal", dan sebagainya. Tapi ternyata kita tidak sebahagia di Dieng. Bahkan kita sempat berseteru panjang saat di Yogya. And see, ternyata bukan masalah uang. Masalahnya adalah perasaan kita berdua.

3. Jajan Sepulang Kerja

Sebelum ada Sasa, jajan sepulang kerja sudah menjadi aktifitas sehari-hari kita. Nyobain tempat makan baru, hunting berbagai jenis mie ramen, sampe muter-muter cari mendoan. Waktu itu terasa biasa saja. Tapi ternyata, setelah punya anak, dan apalagi covid, aktifitas simple itu ternyata cukup ngangenin. Saat ini, kesempatan tak lagi mengizinkan kita untuk jalan berdua saja, menikmati segelas es teh berdua di kala senja.

4. Perjuangan Hamil dan Melahirkan Sasa

Sabrina Azzahra Sakhi, anak pertama kita yang sudah dinantikan hampir setahun. Kita tahu ini adalah sumber kebahagiaan, yang harus dilalui dengan perjuangan. Akan tetapi kita tak pernah menduga bahwa perjuangannya seberat itu. Kata Sabrina sendiri terinsipirasi dari kata "sabar" yang menjadi pengingat kita tentang bagaimana kita harus berjuang dan tentu bersabar saat hamil, melahirkan, dan kemudian merawatnya.

Aku tak akan lupa saat pertama kali periksa ke dokter dengan rona bahagia akan kehadiran seorang anak di rahim mu. Tapi kemudian kebahagiaan itu berubah menjadi kesedihan, karena dokter menyatakan kehamilanmu di luar kandungan dan kemungkinan harus digugurkan. Tapi untung kita berpindah ke dokter Yudianto, sebagai second opinion, dan beliau membesarkan hati kita, dengan mengatakan, "di usia 2 minggu seperti ini belum ada yang bisa dicek. Datang lagi bulan depan". Dan benar saja, setelah sebulan semuanya normal.

Tapi perjuangan tak berhenti. Kamu drop. Tidak mau makan. Defisiensi Vitamin D. AutoImun. HB Drop. Dan setelah melahirkan, kamu mengalami Baby Blues. Semuanya berat. Dan untuk itu kita harus bersabar, demi Sabrina.

5. Perjuangan Hamil dan Melahirkan Sakha

Pun Sakha tak kalah berat. Meskipun tidak sedramatis Sasa, tapi kehamilan Sakha di luar rencana kita. Pun, kamu hamil saat masih harus mengurus Sasa yang baru berumur 2 tahun. Kita sulit menerima nya, tapi tak lama kita pun mengikhlaskannya. Anak adalah anugrah.

Dan tak kalah dengan Sasa, perjuangan saat hamil pun tak kalah beratnya. Kamu tak mau makan. Hanya mau makan jika aku yang nyuapin. Vitamin D rendah, meski tidak sampe AutoImun. Tapi yang berat adalah kamu harus mengalami dua kali pendarahan, harus opname, dan ada opsi untuk dilahirkan lebih cepat. Tapi kamu berjuang semaksimal mungkin agar semua berjalan normal. Dan usahamu berhasil. Sakha lahir dengan sehat pada usia yang seharusnya. Semua ketakutan sirna, semua perjuangan terbayar lunas. Kita memberinya nama Fakih, karena kita lebih paham, bagaimana menghadapi semua ini, lebih paham makna menjadi orang tua, lebih paham bagaimana menerima takdir Tuhan.

5 Hal Yang Menyatukan Kita

Dari berbagai perbedaan yang ada, ada hal-hal yang telah dan mampu menyatukan kita. Tidak harus persamaan sifat dan karakter, karena akan sangat susah mencarinya. 

1. Allah dan berkah Cinta-Nya

Tidak mungkin kalau ini bukan karena Allah. Allah sudah menakdirkan kita bertemu dan kemudian bersama, maka aku yakin Allah pulalah yang akan menjaganya. Cinta adalah alat Allah untuk memungkinkan dua sifat yang berbeda ini bisa menyatu.

Jujur, di awal-awal pernikahan aku sempat berfikir mungkin kita tidak berjodoh, karena hampir setiap hari ada masalah dan pertengkaran. Akan tetapi aku selalu berfikir Allah. Allah yang menyatukan kita, dan pasti ada kebaikan di dalamnya. Dan karenanya kita bisa bertahan. Aku harus berbangga dengan ini karena banyak yang tidak bisa bertahan di awal-awal pernikahan karena perbedaan dan ketidakcocokan. Tapi kita bertahan karena kita percaya takdir Allah.

Dan kemudian Allah menambahkan rasa cinta itu setiap saat, hingga lima tahun ini kita bersama dalam bahagia.

2. Gunadarma

Tidak bisa tidak, Universitas Gunadarma adalah salah satu hal yang menyatukan kita, dulu, sekarang, dan nanti. Kamu alumni Gunadarma, aku pun demikian. Kita tidak saling kenal hingga lulus dan lalu dikenalkan oleh seorang teman yang juga Gunadarma. Aku sangat hormat dengan Bu Metty dan Pak Irwan yang merupakan pembimbing skrisi dan pembuka jalanku mengajar di Gunadarma, dan ternyata beliau pulalah yang telah membantu menyelesaikan S2 mu. Kamu menjadi dosen Gunadarma dan aku pun mengikuti di belakangmu. Saat ini dan esok kita sama-sama mengabdi dan berkarir di Gunadarma, menjalani setiap prosesnya bersama-sama, dan akan menikmatinya bersama-sama.

3. Visi Mendidik

Aku suka dengan dunia pendidikan, dan begitu pula kamu. Jika dalam perbedaan yang ada, sulit sekali untuk bisa sekedar "ngobrol" topik yang kita suka, maka dunia pendidikan adalah jalan keluarnya.

Aku suka ngomongin badminton dan bola, kamu tidak. Kamu suka ngebahas Lesti-Bilar, aku ogah. Aku suka ngomongin dunia investasi, bagimu itu melelahkan. Kamu suka ngomongin makanan, aku makan apa aja oke. Tapi kalo soal pendidikan dan terutama dosen, maka kita nyambung. Dan mungkin inilah satu-satunya topik yang menyatukan kita.

4. Sasa dan Sakha

Anak tak bisa tidak adalah perekat dan penyelamat kita. Kita sering berdebat tentang berbagai hal dan ketika sudah mulai menegang, Sasa akan bilang "Ayah, Mama, jangan berantem ngomong". Dan seketika kita terdiam. Dan menyadari kalau kita berdua salah. Kita kadang bertengkar untuk alasan tertentu, tapi kemudian Sakha menangis dan kita lupa dengan masalah kita dan fokus pada Sakha.

Dan ketika Sasa ada dan kemudian Sakha menyusul kemudian, banyak hal berubah tentang kita. Visi tak lagi hanya tentang kita, tapi juga tentang anak-anak kita. Dan itu menjadi satu tali pengikat tersendiri yang akhirnya menambah kesatuan kita.

5. Komitmen

Aku yakin, dulu kamu tak benar-benar mencintaiku, begitupun aku. Tapi kita tetap bersama karena satu hal, komitmen penikahan, komitmen untuk bersama. Meskipun berat, tapi komitmen lah yang menyatukan dan menyelematkan kita. Dan aku yakin komitmen itu masih dan akan terus ada menjadi tiang yang akan menjaga kokohnya keluarga kita.

5 Hal Perbedaan Kita

Bagi sebagian orang, perbedaan adalah masalah, terutama di dalam keluarga. Tapi aku dan kamu berbeda. Kami berbeda, bahkan hampir untuk semua hal. Prinsip hidup, background, sampe pilihan makanan pun tak pernah sama. Tapi apakah itu masalah ?

1. Background Keluarga dan Sosial

Satu hal yang paling mencolok antara kita adalah background keluarga dan kehidupan sosial. Keluargamu sangat menjaga "nama keluarga" sehingga satu hal kecil yang bisa menciderai "nama keluarga" akan mati-matian dibela. Sedangkan keluargaku bodo amat dengan "nama keluarga", sehingga mau digosipkan seperti apapun, kita tak pernah ambil pusing.
Keduanya, tak ada yang lebih baik, ataupun lebih buruk. Hanya saja berbeda.

Kamu takut memulai, karena keluargamu mengedepankan persiapan. Everything must be prepared well atau tidak sama sekali. Sehingga kadang kamu pun tak pernah memulai apapun. Aku dari keluarga yang penting mulai. Segala hal yang lain bisa mengikuti. Sehingga aku berani memulai walaupun banyak pula kegagalan disana.
Keduanya, tak ada yang lebih baik, ataupun lebih buruk. Hanya saja berbeda.

Perbedaan ini kadang jadi masalah, tapi kadang adalah ladang untuk lebih memahami satu sama lain, melihat dari kacamata yang berbeda.

2. Luas vs Mendalam

Dalam mengambil keputusan, aku akan mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya dan mencoba melihat sesuatu dari berbagai sudut pandang, termasuk memikirkan apa konsekuensi dari keputusan ini. Sehingga, keputusan yang diambil biasanya harus terus diikuti dan ditindalanjuti.

Sedangkan kamu akan fokus pada permasalahan dan akan menggali informasi sedalam-dalamnya hingga kamu akan benar-benar menguasai masalah tersebut. Sehingga kadang kamu lupa memikirkan ada hal lain yang saling berkaitan.

Saat ini Sasa, anak kita sedang di masa Golden Age, masa keemasan untuk belajar. Aku akan mengajari Sasa segala hal : menggambar, mewarnai, berhitung, membaca, sampai bagaimana bersosial dengan orang lain. Sehingga dia tahu semuanya, tapi tidak mendalam. Tapi kamu, setelah lewat berminggu-minggu masih fokus mengajari Sasa membedakan warna, karena dia belum "lulus" menebak warna biru dan hijau.

3. Bersih vs Rapi

Aku adalah orang yang paling tidak suka dengan ketidakrapihan, tapi akan mentolerir kebersihan. Sehingga kau tak akan menemukan buku-buku ku berantakan, semuanya tertata rapi meskipun debu sudah menebal.

Kamu adalah orang yang sama sekali tidak rapi, tapi sangat care dengan kebersihan. Sehingga, mungkin kamar kita berantakan, tapi semuanya dijamin bersih.

Kadang ini menyebalkan. Aku sudah merapikan meja belajar serapi mungkin, tapi nanti kamu akan marah-marah karena kesulitan menemukan barang-barangmu. Dan kau akan membuat segalanya berantakan lagi.

Tapi kadang kami juga saling melengkapi. Buku-buku kami tak hanya rapi, tapi juga bersih. Piring-piring tak hanya bersih, tapi juga rapi.

4. Berani vs Waspada

Aku cenderung berani memulai sesuatu, sedangkan kamu tidak. Tapi terkadang aku terlalu berani dan tidak peduli dengan konsekuensi, dan kamu lah penyelamatnya.

Kadang kamu terlalu takut untuk memulai, sehingga aku khawatir dengan masa depanmu dan keluarga kita. Maka, aku akan ada disana untuk meyakinkanmu bahwa semuanya akan baik-baik saja.

5. Keju vs Coklat

Keju dan coklat hanya simbol, tapi yang jelas dalam hal makanan, hampir semuanya kita berbeda. Tapi toh, itu tak pernah menjadi masalah buat kita. Kamu adalah Cheese lover, aku paling tidak bisa makan keju. Aku paling suka makan coklat, dan kamu hanya akan mengambil kue yang ga ada coklatnya. Kamu sangat suka dengan udang, aku alergi udang. Aku sangat suka makan jeruk, dan kamu selalu bilang "itu terlalu asem". Kalau pesan ayam goreng, kamu akan makan kulitnya yg crispy, karena bagimu itulah yang paling enak. Tapi aku tak akan menyentuh kulitnya dan hanya makan dagingnya, karena menurutku kulit itu tidak sehat. Kalau makan mie ayam, kamu akan fokus pada mie nya, dan aku akan fokus pada sawi nya. Nasi atau cemilan ? Kamu akan menjawab nasi, dan tentu saja aku akan menjawab cemilan.

Sampai disini, apakah ini masalah ? Nyatanya toh kita bahagia.


5 Hal Tentang Aku

Ini bukan tentang baik atau buruk. Ini adalah 5 hal tentang aku yang aku pelajari bersamamu.

1. Lambat dalam mengambil keputusan

Kamu sering berkomentar kalau aku lama dalam mengambil keputusan. Dan aku sadari pun demikian. Tapi aku punya pembelaan. Sebelum bersamamu aku punya prinsip, "let d thing flows", biarkan segala hal mengalir apa adanya. Biar takdir yang membawa kita. Sehingga satu-satunya keputusan yang aku ambil adalah tidak memutuskan apapun.

Aku suka bersepeda, dan aku tak pernah memutuskan akan pergi kemana. Itulah yang kadang membawaku sampai ke Bogor, sampai ke Surabaya, sampai ke Bali, dan bahkan ke Way Kambas.

Tapi saat berkeluarga aku harus mengambil keputusan. Dan itu selalu sulit, bahkan untuk menjawab pertanyaanmu "nanti malem mau makan apa?", aku pun tak pernah memutuskan, dan selalu menjawab "nanti kalo lihat pecel lele pengen, ya beli. kalo lihat bakso pengen, ya beli. kalo ga pengen apa-apa, ya ga usah makan".

Tapi percayalah, aku mencoba. Meskipun lambat.

2. Tidak Konsisten

Kalau kamu terlalu "kaku", maka aku terlalu "fleksibel". Dan itu masalah, jika ingin dipermasalahkan. Tapi aku mengambil sikap, ini komplemen, saling melengkapi.

Sikap fleksibel ku baik, tapi kadang terlalu kebablasan, dan ketika itulah kamu penting buatku. Sikap konsistenmu itu baik, tapi kadang terlalu kaku, dan ketika itulah aku penting buatmu.

3. Cuek

Sebagai seorang pria sudah sewajarnya aku cuek. Apalagi terbiasa hidup sendiri dari SMP. Ke Mall pake kaos ketek, cuek. Ke resto cuma pesen teh anget, cuek. Acara keluarga ngomong nyablak, cuek. Kerja pake sendal jepit, cuek. Dan itu ga pernah menjadi masalah. Hingga aku ketemu kamu, dan itu adalah masalah. Kadang kamu ga masalah, tapi lingkungan kita mempermasahkan.

Tapi cuek bagiku membantu. Dengan cuek, aku tetap bisa bekerja meski tekanan dan masalah datang bersama. Cuek membantuk tetap berbuat baik, meski orang lain memperlakukan kita dengan tidak baik.

4. Sayang Keluarga, terutama anak-anak

Aku sebenarnya ga pernah menilai diriku sendiri demikian. Tapi aku harus berbangga ketika orang-orang menjelek-jelekkan ku di depanmu. Tentang aku yang terlalu cuek lah, tentang aku yang katanya ga peka, tentang aku yang katanya "ndeso", dan lain-lain. Sebenarnya aku fine-fine aja, toh selama ini aku selalu mendeklarasikan diri sebagai  Pejuang Kebodohan. Tapi kamu membelaku dengan berkata, "Tapi mas sayang aku, dan ga pernah sengaja nyakitin aku. Di saat yang sama orang-orang bilang sayang dan peduli, tapi selalu nyakitin. Mas juga sayang banget ke anak-anak, bahkan ga bisa tidur kalau ga liat anak-anak. Sama ponakan juga sayang, sama kayak sayang ke anaknya". Dan karena kamu yang mengatakannya, bisa jadi itu memang demikian. Dan aku patut berbangga atas itu. 

5. Planner

Mungkin sedikit kontradiktif dengan fleksibel, tapi aku memang suka merencanakan sesuatu yang sudah pasti. Tentang keuangan keluarga, tentang karir, strategi menjadi dosen di sela-sela kesibukan, dan tentang banyak hal selalu direncanakan. Meskipun kalau harus ada perubahan di tengah jalan, aku fleksibel. Kalau hasilnya tidak sesuai rencana, pun akan diterima dengan lapang dada.

5 Hal Tentang Kamu

Note : 
5 postingan ke depan adalah postingan pengingat menjalan 5 tahun pernikahan kami.


Ini bukan tentang baik atau buruk. Bukan masalah dan bukan pula untuk dipermasalahkan. Ini adalah tentang hal yang membuat kamu menjadi kamu.

1. Manja

Bagi sebagian orang ini mungkin masalah, tapi bagiku ini adalah berkah. Mungkin bagi orang yang mandiri, sifat manja adalah kekurangan, tapi bagiku yang sudah lelah dengan kemandirian, manja nya kamu adalah anugrah. Aku adalah contoh dari kemandirian, dimana dari SMP sudah terbiasa hidup dan menghadapi masalah sendiri. Tapi di sisi lain hidupku, aku butuh manja kamu sebagai penyeimbang. Dan tak pernah sekalipun aku menganggap manjamu sebagai masalah.

Kita sering berdebat, saling adu argumen, hingga kadang tak sadar suara mengencang dan urat syaraf menegang. Mulai dari masalah agama hingga menentukan takaran beras dan air saat memasak. Tapi sesaat kemudian, tak peduli menang atau kalah argumen, mulutmu tiba-tiba manyun, matamu memanja, dan kamu merangsek minta dipeluk. Maka, seketika aku tak peduli apakah beras itu akan jadi bubur atau nasi.

2. Takut

Takut mencoba hal baru, takut dengan kondisi, hingga takut sama kecoa. Well, aku ga bisa menyalahkanmu, karena memang demikianlah kamu. Aku pun paham kenapa kamu demikian. Justru itu adalah tantangan buatku. Kalau tidak bisa membuatmu berani, maka aku harus menciptakan kondisi agar kamu tak perlu takut lagi.

3. Konsisten

Kadang konsisten mu menyebalkan. Orang bilang kamu "kaku". Kalau sudah tahu sesuatu, maka itu akan menjadi madzab bagimu. Dan kamu adalah penganut madzab yang fanatik. Kalau kita sepakat mau hemat, ya sereceh seribu dua ribu pun akan mati-matian kau jaga. Dan begitu aku bilang, "cuma seribu ini", maka masalah pun dimulai.

Tapi "kekakuanmu" itu pula yang seringkali menyelamatkan kita. Kita sudah punya kesepakatan untuk shodaqoh 10% dari apa yang kita dapat. Dan begitu dapat harus segera dikeluarkan. Aku kadang nego nominal atau mengundur hari. Jika tak ada "kekakuanmu" itu, hampir pasti aku akan diskon shodaqoh. Tapi karena mu, aku tak pernah bisa melakukan itu. 

4. Nurut dan hormat sama suami

Meskipun kita sering berdebat dan di mata orang terlihat "tidak nurut", tapi nyatanya tidak demikian. Kamu tidak akan mengambil keputusan kecuali sudah izin atau sudah didiskusikan denganku. Bahkan ketika aku ngasih kebebasan untuk mengelola uang hasil kerjamu sendiri, kamu pun tetap izin dan diskusi denganku, mulai dari beli sepatu dan baju hingga beli susu. Dan aku mengartikan itu sebagai bentuk penghormatanmu kepadaku, karena tidak semua istri sepertimu.

5. Perasa

Kamu wanita, dan memang begitulah wanita. Tapi perasa mu kadang berlebihan. Suatu hari aku mengecup pipi Sasa dan Sakha sebelum tidur, kamu tidak. Dan kamu kemudian manyun semaleman. Di hari yang lain aku sibuk nonton badminton di TV dan kamu tiba-tiba menutup pintu kamar dan bilang "mas lebih milih badminton". Dan di hari yang lain lagi aku bilang "rambutmu agak kusut" dan raut mukamu berubah dan berkata "jadi aku udah ga cantik lagi?".

Tapi pun kadang aku merasa itu berlebihan, kadang aku pun rindu kau yang demikian. Jadi, tetaplah menjadi dirimu yang seperti itu.


31 mean a lot,

Wow, it has been a semester sejak gw nulis di blog ini. Kalo diibaratkan bocah, ni bocah udah mulai MPASI. Sungguh pengibaratan yang papah-papah muda banget. Hehe. Mohon maklum, anak uda dua.

Well anyway, kalo tahun-tahun kemarin gw selalu beralesan "sibuk, banyak kerjaan, ga sempet, dll" buat ngehindar dari nulis di blog ini, maka kali ini gw uda ga bisa ngelak lagi. Ya kali udah bertahun-tahun pake alesan yang sama. It just non sense. Yak, gw ngaku, gw males. MLS.

Terus kenapa gw balik nulis lagi ? Karena sejujurnya, gw ga nyaman kalo ga nulis. Kepala itu rasanya penuh setiap kali ada problem dan ga gw salurin. I mean, ada hal-hal yang kadang gw sendiri bingung dengan diri gw sendiri, dan bingung mau cerita dengan siapa dan bagaimana. Jangan salah paham, gw sama sekali ga ada masalah sama istri gw. Banyak hal, hampir semua hal gw cerita sama istri gw. Tapi kadang ada aja sisa-sisa yang ga bisa keluar dari pikiran. Dan biasanya, dulu, nulis adalah solusinya. Ga tau sekarang. Hehe.

So, masalah pertama yang ingin gw tuang dalam blog ini adalah fakta bahwa gw belum cukup bisa menerima bahwa umur gw sekarang udah 31. TIGA PULUH SATU sodara. 

Tiga satu artinya : 

Gw udah tua. Fix.

Tiga satu artinya :

3 tanggungan dalam 1 penanggung jawab. Means, gw sekarang udah harus bertanggung jawab, menjamin tiga orang kesayangan gw bisa tercukupi dan tersenyum tiap harinya : istri gw, sasa, dan sakha. Dan ini tidak hanya sekedar nafkah lahir(walopun di kala pandemi gini, honestyly, kadang gw worry juga masalah nafkah lahir), tapi juga batin. Batin mean a lot. Tapi yang paling dekat adalah bagaimana memastikan mereka bertiga bisa tersenyum kemarin, hari ini, dan esok.


Tiga satu artinya :

3 keluarga bertemu di 1 diri gw. Keluarga kecil gw off course dimana gw sebagai kepala keluarga, keluarga bapak gw dimana gw sebagai anak, dan keluarga istri gw dimana gw sebagai mantu. Well, this pandemic made me think a lot. Dua bulan yang lalu bokap gw operasi, dan karena pandemi ini gw ga bisa nemenin beliau. Jujur gw sedih, tapi gw yakin bokap nyokap gw pun sama. Sebulan lalu, satu keluarga gw sakit : bokap, nyokap, adik, mbah kakung, mbah uti, dan bahkan tetangga-tetangga satu kampugn sakit. Dan ironisnya gw pun ga ada di tengah mereka. Gw cuma bisa menghibur diri dengan bilang : It's okai ini pandemi, at least kirim obat, vitamin, video call tiap hari, dan lain lain dan lain lain. But, honestly, itu tidak mengobati apapun. Pun, keluarga istri gw disini pun sama. Mertua gw juga sakit-sakitan, dan it has been worse after vaksin. Dan again, pun secara fisik gw ada di dekat beliau, tapi ga banyak yang bisa gw lakuin, karena berbagai alasan.


Tiga satu artinya :

Gw inget waktu kecil punya buku primbon jawa. Dan terserah kalian mo bilang gw kafir atau apa, di dalam hati, gw agaknya percaya dengan "ramalan-ramalan" itu. Disana disebutkan bahwa dari umur 30-40 adalah masa-masa perjuangan. Masa-masa sulit, karena gw harus sudah bisa melepaskan diri dari ketergantungan orang tua. Masa-masa dimana gw harus bisa membangun pondasi bangunan gw sendiri. Dan jika pondasi itu tidak cukup kokoh,maka nanti di usia 40an, bangunan gw bisa goyang. Ini ga cuman nyangkut finansial, tapi juga sosial, termasuk ego diri. Bagaimana gw harus mulai belajar untuk "You are later, the first one is your family, your children". Dan jujur, ini susah. Apalagi buat gw yang kadang terlalu ambisius untuk mencapai satu hal.


But well,
U can not deny, right ? So, ya jalanin aja. Manusia berencana dan Tuhanlah yang akan mengkoreksi rencana-rencana kita. Hope d life will always be okay.



Ulasan Singkat Investasi 2020 : TP 21.67%

OK, di post "Yearly Goals" gw kemarin, gw uda singgung kalo alhamdulillah gw bisa take profit +- 20%. Nah, di post ini gw bakal jabarin detail apa-apa 20% itu. 

Tapi sebelum kita bahas lebih lanjut lagi, gw mau cerita bahwa gw baru mulai belajar lagi "investasi" ini, ya sekitar 3-5 bulan belakangan, ketika berita covid membayangi segala hal. Dan, kayaknya kata investasi juga agak-agak gimana gitu ya, seakan duit yang gw keluarin kayak gede banget, padahal ya cuman seupil doank, wkwkw. Harap maklum ya bos, namanya juga belajar.

Well, gw naro uang gw di tiga instrumen sih, yaitu saham, reksadana, dan yang paling baru P2P Lending. Nah, untuk reksadana gw sebenernya uda punya cukup lama sih, tapi karena gw mau nyoba P2P Lending, akhirnya dana gw di reksadana gw ambil semua dan gw bagi 2, setengah untuk reksa dan setengah untuk P2P Lending. Sekalian mau liat mana yang lebih perform.

1. Saham

Sebelum Covid gw ada dana sekitar 12 jt (pas nya gw ga tau, karena ga gw catet). Pas Covid mulai dateng sampe di tengah jalan, sampe pas IHSG turun dari 5800 sampe ke 3800, nilai saham gw tinggal 7jt. Gw lupa di bulan apa, tapi yang jelas saat itu gw atur ulang portofolio gw, gw jualin di harga murah tuh saham-saham gw, dan beli lagi saham yang menurut gw punya fundamental dan prospek lebih bagus. Dan voila, di bulan oktober nilai porto gw udah balik 12 jt lagi, dan di akhir tahun bahkan porto gw udah 15jt an. Tapi sori banget, pas bikin porto 2021, porto yang 2020 kehapus dan ga bisa balik lagi, jadi gw ga bisa ngasih tunjuk detailnya gimana. Hiks. Tapi well, basically gw bisa take profit sekitar :

= (15jt - 12jt)/15jt * 100%

= 3jt/15jt * 100%

= 25 % 

(Well, sebenarnya gw inget nilainya adalah 27%, tapi angka-angka pastinya ga inget)


2. Reksadana

Nah, karena gw udah lama banget ga buka akun reksadana gw di Trimegah, ternyata unit yang gw ambil udah minus. Jadi duit gw yang kiranya 2.5 jt, nilainya jadi 2.2jt. Dan karena gw pikir gw udah kurang nyaman pake Tri Megah, dan mau nyobain aplikasi Ajaib, akhirnya gw ambil lah semua dana di Tri Megah dan mindahin 1 jt ke Ajaib, 1 jt ke InvesTree, dan 200rb tambahan modal di saham.

Singkat cerita, gw ambil unit reksadana di Ajaib yang syariah dan dia rekomendasiin. Dan well, alhamdulillah, di akhir tahun kemarin duit gw udah jadi 1.041.000, alias untung 41rb atau sekitar 4.1%.


3. P2P Lending

Gw tahu P2P Lending awalnya karena nonton channel nya kak @FeliciaPutri. Dari situ gw penasaran dan minat buat nyobain. Gw coba kasih pendanaan 1 jt, dan dalam waktu 3 bulan duit gw udah balik beserta imbal hasilnya sekitar 34rb atau sekitar 3.4%.


Well, kalau dijumlah-jumlah, brati :

modal     : 12jt + 1jt + 1jt + 200rb = 14.200.000

gain/imbal hasil  : 3jt + 43rb + 34rb = 3.077.000

persentase     

= 3.077.000/14.200.000 * 100 %

= 21.67 %


Nah, melihat hasil yang "lumayan" ini, maka tahun 2021 ini gw mau belajar lagi dan menargetkan untuk TP 30%. Ya walaupun kelasnya masih kelas teri gini, tapi gw yakinlah suatu saat gw bisa nambah nol di angka-angka di atas, jadi Ratus Juta, Milir, Triliun, dst. Bisa. Amin.

Lets Go 2021 : Yearly Goals

OK, just like d others past year, gw bakal bikin target yang pengen gw achieve di tahun 2021 ini. Well, kalo boleh jujur, tahun ini agak berat sih, like ada kayak keraguan apakah dengan segala sumber daya yang ada, gw bakal achieve something big tahun ini ato engga. I don know. Tapi well, actually we never know anything, right ? So, ya biarkan takdir yang menjawabnya.

1. Have a baby dan melewati segala kerumitan yang ada dengan lancar

Have a baby tentu bukan lagi target di tahun ini, karena istri udah hamil 7 bulan dan insaAllah sebentar lagi lairan. Tapi have a baby well adalah kunci. Seperti yang udah gw seinggung sikit di review 2020 bahwa resource gw, terutama keuangan gw udah mulai ketar-ketir alias pas-pasan. Apalagi dengan pandemi gini, like we never know what will happen tomorrow. So, gw berharap dan berdoa, semoga setidaknya gw bisa ngelewatin ini semua, well aka dengan baik. 

2. Lolos Sertifikasi Dosen

Setelah lolos penggolangan tentu aja target gw selanjutnya adalah lolos sertifikasi dosen. Kalo ini achieve, blessing banget sih. Ga cuman mimpi untuk jadi pengajar makin kokoh, tapi juga economically ini bakal ngebantu banget. Istri gw udah serdos dan gw tau banget apa untung rugi nya jadi certified lecturer. So, I hope, I pray, and I'll try tahun ini lolos sertifikasi dosen. Amin.

2. Naik Jabatan di Kantor

Udah dua tahun lebih jabatan gw di kantor stagnan. Well, walopun gw tahu temen-temen gw pun sama. Bahkan yang lebih senior dari gw aja ada yang stagnan hampir 10 tahunan. Tapi namanya harapan, boleh-boleh aja donk. Apalagi sebelumnya gw udah pernah dipromosiin sama pak bos. Ya, tinggal wait and see aja lah.

3. Nge-Blog

Mungkin, salah satu alasan kenapa gw ga nulis di blog di tahun 2020 adalah karena gw nulis ini sebagai target gw. Alhasil tahun 2020 gw cuman nulis sekali doank. Padahal gw punya blog itu ga cuman satu. Ada empat blog lho. Dan kosong semua. Hehe. So, tahun ini gw nargetin untuk bisa ngeblog lagi. Entah disini, atau di pakcondro.blogspot.com atau di kotainvestasi.blogspot.com Yang penting nulis. 20 post setahun bisa, BISA!!!

4. Nerbitin 2 jurnal, ikut 5 seminar/webinar, 1 kursus

Setahun dua jurnal harusnya bukan hal yang imposible, meskipun kudu pinter-pinter ngatur waktu diantara segala kesibukan ini. Apalagi dengan dikasih makul baru di kampus, wawasan gw sedikit bertambah untuk dijadikan referensi penulisan. Ikut 5 seminar/webinar, 1 kursus dalam setahunh, gw pikir juga no big deal lah.

5. Pindahan

Ini agak sulit dan rumit. Udah bertahun-tahun wacana ini ada tapi gw ga pernah berani nulis di blog sebagai target, so tahun ini gw beranikan diri, gw tahun ini harus udah pindahan rumah. I know dat many things need to compromize, but, ya mau sampe kapan, gini terus. Sejujurnya gw ga peduli sih apa kata orang. It's about gw ma istri gw aja. Tapi yakin lah, pindahan adalah hal baik yang insaAllah terlaksana tahun ini. Amin.

6. Bikin 2 Full Materi di Youtube

Wow, ini sulit ferguso, benar-benar sulit. Bahkan untuk bikin 1 video di Youtube aja bisa makan waktu sebulan. Dan gw menargetkan bikin 2 Full Materi. Wow. 1 Full Materi itu bisa 10-15 vide. Dan 2 Full Materi itu berarti 20-30 vide. Wow. Sangat tidak mudah, sangat tidak mudah. Semangat!!!!

7. Hafal Juz 29 dan 30

Jujur, gw masih penasaran. Udah 4 tahun berturut-turut gw menargetkan untuk hafal hanya dua juz ini. Tapi belum juga terlaksana. So, this year, I definitely will, hafal juz 29 dan 30.

8. Baca 5 buku

No need to explain. Just read 5 books in a whole year. That's it.

9. Lebih serius belajar investasi dan dapet profit minimal 30%

Well, tahun ini, setelah hampir dua tahun gw abai soal investasi , di kuartal kedua tahun ini gw diingatkan lagi soal inevstasi. Berawal dari temen gw, si Dudi yang nanyain saham gw. Dari situ gw buka lagi porto saham gw. Ga lama kemudian ex-temen kerja gw sering banget screenshoot trading dia di saham, dan singkat cerita kita ngobrol, dan yups, itu memaksa gw untuk buka lagi porto gw. Terus gw ketemu dengan channel yootube nya kak @FeliciaPutri. Dan itu mengingatkan tentang apa yang udah gw pelajari dua tahun lalu. Tentang emas, reksadana, unit link, dan yang terbaru adalah P2P Lending. Well, di akhir tahun kemarin gw berhasil dapet profit +- 20 % (detailnya nanti gw tulis, insaAllah), so di tahun ini gw menargetkan untuk buka buku-buku lagi, belajar lagi, dan take profit 30%.

10. Menguasai ReactNative dan WebServices

Ini udah ga bisa ditolerir lagi. Gw tahun ini harus bisa Android, dan specifically gw pilih ReactNative. Plus pendukungnya WebServices, may be Djanggo or Flask.

11. Bisa Sepedaan Minimal 60km tanpa berhenti, Lari 21km tanpa berhenti, Turun Berat Badan 5Kg.

Oh no, gegara pandemi ini berat badan gw sekarang udah lewat 70Kg. Ini bener-bener nyakitin, mentally or phisicly. Dan lebih parahnya lagi gw coba buat lari dan gw cuman kuat 4km an doank tanpa berhenti. Gw coba sepedahan dan gw cuma kuat 20km an doank tanpa berhenti. Dan ini sebuah penurunan yang sangat sangat menyedihkan. Well, tahun ini gw kudu bisa, seenggaknya back to my normal lah, lari 21km, sepedaan 60km, dan berat badan cukup di 65kg (kalo bisa kurang lagi).

That's all my 11 goals dis year. It'll be difficult, but I can not lose. I'll try my best.


Dan dua poin ini sebenernya bukan target sih, tapi hope, karena lebih besar faktor Tuhan dan orang lain nya dibanding gw nya.

12. Pulang kampung, ketemu keluarga dan ketemu temen

Udah genap setahun gw ga pulang. So much miss my mom, dad, and family. Rumahnya, udaranya, suasananya, naik kereta nya, and everything. Hope everything will be OK soon.

13. Melihat Adik Lulus dan di Wisuda

Udah telat hampir dua tahun dari jadwall seharusnya, and I hope dis year is his really really final year. 


Well, di luar itu semua tentu aja Tuhan yang menentukan. Doa dan usaha adalah cara terbaik agar Tuhan mau melirik, membaca, dan berkenan terhadap target gw tahun ini. Keep ur spirit...

Target and Review 2020 : Not Good, But Not too Bad

It has been a year, sejak gw nulis target di awal tahun kemarin. Dan wow, tahun 2020 adalah tahun paling tidak produktif gw soal nulis di blog. Cuma tiga tulisan cui, dan dua diantaranya adalah review tahun 2019 dan target 2020. I am so sorry. 

Well, pandemic make some of my plan ruined, or delayed. Dan pandemi ini juga memaksa gw untuk putar badan, back to zero, replan, karena banyak hal yang biasanya ga perlu dipikirin lagi, jadi harus dipikir lagi. Dan ya, sektor ekonomi yang paling kena. Gw harus replan buat biaya KPR, replan tabungan, replan kebutuhan tambahan kayak stok masker, vitamin, bahkan biaya rapid/swab test, dan yang ga kalah juga adalah baby. Ya, insaAllah gw bakal punya baby lagi.

Dan, ini adalah pencapaian gw tahun ini, compare to plan yang udah gw susun di awal tahun 2020. Here we go.

1. Lolos penggolongan Asisten Ahli

Alhamdulillah wa syukurillah akhirnya gw sekarang punya jabatan fungsional. Tepatnya di bulan Februari gw dipanggil untuk ambil SK Asisten Ahli. It's one of my milestone, batu pijakan untuk melangkah ke step berikutnya. 

2. Menghidupkan Blog : pakcondro.blogspot.com

Gw sama sekali ga menyangka bahwa untuk bisa nulis lagi itu bukanlah hal yang mudah, apalagi dengan kesibukan dan everything yang bener-bener nguras waktu gw. Jangankan untuk menghidupkan blog pakcondro.blogspot.com yang merupakan blog agak serius, bahkan untuk corat-coret di blog ini aja nol besar. Well, target gw yang ini bener-bener no result lah alias gagal.

3. Menguasai Android Programming

Di awal tahun sebenernya gw udah mulai belajar Android Programming. Waktu itu gw milih React Native. Tapi seiring berjalannya waktu, ternyata banyak hal yang mesti gw kerjain dan "lebih menarik/lebih wajib" untuk dikerjain, sehingga program gw untuk belajar Android pun terhenti. Bisa dibilang gw kurang fokus sih, karena sebenernya waktu untuk belajarnya ada, tapi entah kenapa gw lebih tertarik belajar Data Science dan Machine Learning ketimbang Android Programming. Padahal secara fungsi saat ini, gw lebih butuh  Android. May be next year gw bakal bikin ini jadi target lagi dan semoga bisa lebih fokus lagi.

4. Nerbitin 1 Jurnal, Ikut 1 Seminar, Ikut 1 Woskhop, Ikut 1 Seminar Prosiding

By d way, gw akhinya narik dua jurnal gw yang nyangkut di dua publisher dan try to submit them to another publisher. Tapi apa mau dikata, satu jurnal ditolak di tiga publisher S2, dan 1 jurnal lagi masih dalam proses review (yang juga lama). Well, untuk nerbitin jurnal atas nama gw pribadi bisa dibilang gw gagal, tapi gw bantu istri untuk nerbitin 1 jurnal dan alhamdulillah diterima, meskipun cuma S4. Sola seminar dan workshop, karena di masa pandemi ini tren nya adalah online seminar (webinar) dan online workshop, yang mana lebih memudahkan gw, maka gw berhasil ikut lebih dari 10 seminar dan workshop di tahun ini, mulai dari yang sesuai dengan bidang keilmuan gw sampe yang jauh banget gw ikutin, yang penting gratis dan pas waktunya. Dan sepertinya tren ini masih akan berlanjut di tahun depan.

5. Melengkapi Perabot Rumah

Well, seperti yang udah gw singgung di awal, bahwa dis pandemic ngebuat perekonomian keluarga kecil gw agak terganggu, meskipun gw masih kudu banyak bersyukur karena dampaknya ga separah orang-orang lain di luar sana yang sampe kena PHK atau pengurangan penghasilan sampe lebih dari 50%. Alhamdululillah perusahaan tempat gw kerja masih OK (dan berdoa akan begitu seterusnya). So, berlatar belakang itu dan akan hadirnya anggota keluarga baru kami, our baby boy, maka semuanya terfokus ke kebutuhan dasar, saving, n baby boy. So, perabot rumah nanti dulu deh ya.

6. Mulai lagi program #go[w]esTo

Gw sebenernya udah mulai lagi untuk sepedaan pas awal tahun, sebelum pandemi. Gw juga udah pernah nyobain sepedaan lagi ke kantor. Tapi kemudian istri gw hamil dan boom, gw harus nunda lagi sepedaan gw, karena istri banyak butuh gw. So many things lah yang ga bisa gw jelasin lebih detail, tapi intinya sebisa mungkin gw di rumah, gw di rumah. Cuma sesekali sepedaan, tapi untuk rutin apalagi #go[w]esTo, i don't think dis is d time.

7. Punya Channel Youtube

Ya, gw sekarang punya Channel Youtube, namanya : pojokan. Tapi sodara, ternyata bikin video itu tidak mudah. Bener-bener ga mudah, apalagi buat gw yang waktunya udah abis buat rutinitas. Awalnya gw kita bikin video itu gampang, atau agak susah. Apalagi kan gw cuman bikin video pembelajaran, bukan video-video yang perlu banyak editing gitu. Tapi ternyata untuk taping 1 video berdurasi 15 menit aja, kadang sampe 2 jam. Maklum lah masih newbe. Kadang udah mulai setengah jalan, terus anak nyamperin. Belum lagi ngeditnya. Adooohhh. Tapi seenggaknya gw udah mulai, dan tahu gimana prosesnya, so, untuk ke depannya semoga bisa lebih berkreasi lagi.

8. Kembali Hafal Juz 29 dan 30.

Gw juga ga tahu kenapa susah sekali untik istiqomah. Tinggal satu surat lagi gw selesai juz 29 dan tiba-tiba, gw ga tau, gw udah jauh lagi dari Quran, dan ilang lagi. Gw ulang lagi, dan seperti itu lagi. Susah, susah banget. Bukan susah menghafalnya, tapi susah istiqomahnya. Intinya gagal.

9. Baca 5 buku

Mungkin tercapai, karena actually gw ga pernah ngitung udah selesai berapa buku. Cuman ngulang buku-buku lama sih, dari yang ga penting kayak My Stupid Boss sampe yang agak bikin mules kayak The Intelegent Investor. Bahkan gw juga baca-baca lagi Alkitab. Walaupun waktu baca ga banyak sih. Kalo lagi di kantor ga mungkin baca, dan kalo di rumah cuman sempet kalo anak tidur.

10. Ngajak Istri dan Anak Jalan ke Luar Kota

Jelas, tidak tercapai. Pandemi bro.


Well, dari 10 target yang gw canangkan untuk tahun 2020 ini, cuma 3 target yang terpenuhi, 4 target yang gw bilang gagal, dan 3 target yang berproses. Not good, tapi juga not too bad. 

Dan di akhir tulisan ini, gw cuman berdoa biar kehidupan segera normal kembali. Gw tahu many things happen, banyak perdebatan, banyak yang pesimistis, but overal all, gw berharap kita bisa kembali hidup normal. Amin.