::: tunjukilah kami jalan yg lurus [QS 1:6] :::

31 mean a lot,

Wow, it has been a semester sejak gw nulis di blog ini. Kalo diibaratkan bocah, ni bocah udah mulai MPASI. Sungguh pengibaratan yang papah-papah muda banget. Hehe. Mohon maklum, anak uda dua.

Well anyway, kalo tahun-tahun kemarin gw selalu beralesan "sibuk, banyak kerjaan, ga sempet, dll" buat ngehindar dari nulis di blog ini, maka kali ini gw uda ga bisa ngelak lagi. Ya kali udah bertahun-tahun pake alesan yang sama. It just non sense. Yak, gw ngaku, gw males. MLS.

Terus kenapa gw balik nulis lagi ? Karena sejujurnya, gw ga nyaman kalo ga nulis. Kepala itu rasanya penuh setiap kali ada problem dan ga gw salurin. I mean, ada hal-hal yang kadang gw sendiri bingung dengan diri gw sendiri, dan bingung mau cerita dengan siapa dan bagaimana. Jangan salah paham, gw sama sekali ga ada masalah sama istri gw. Banyak hal, hampir semua hal gw cerita sama istri gw. Tapi kadang ada aja sisa-sisa yang ga bisa keluar dari pikiran. Dan biasanya, dulu, nulis adalah solusinya. Ga tau sekarang. Hehe.

So, masalah pertama yang ingin gw tuang dalam blog ini adalah fakta bahwa gw belum cukup bisa menerima bahwa umur gw sekarang udah 31. TIGA PULUH SATU sodara. 

Tiga satu artinya : 

Gw udah tua. Fix.

Tiga satu artinya :

3 tanggungan dalam 1 penanggung jawab. Means, gw sekarang udah harus bertanggung jawab, menjamin tiga orang kesayangan gw bisa tercukupi dan tersenyum tiap harinya : istri gw, sasa, dan sakha. Dan ini tidak hanya sekedar nafkah lahir(walopun di kala pandemi gini, honestyly, kadang gw worry juga masalah nafkah lahir), tapi juga batin. Batin mean a lot. Tapi yang paling dekat adalah bagaimana memastikan mereka bertiga bisa tersenyum kemarin, hari ini, dan esok.


Tiga satu artinya :

3 keluarga bertemu di 1 diri gw. Keluarga kecil gw off course dimana gw sebagai kepala keluarga, keluarga bapak gw dimana gw sebagai anak, dan keluarga istri gw dimana gw sebagai mantu. Well, this pandemic made me think a lot. Dua bulan yang lalu bokap gw operasi, dan karena pandemi ini gw ga bisa nemenin beliau. Jujur gw sedih, tapi gw yakin bokap nyokap gw pun sama. Sebulan lalu, satu keluarga gw sakit : bokap, nyokap, adik, mbah kakung, mbah uti, dan bahkan tetangga-tetangga satu kampugn sakit. Dan ironisnya gw pun ga ada di tengah mereka. Gw cuma bisa menghibur diri dengan bilang : It's okai ini pandemi, at least kirim obat, vitamin, video call tiap hari, dan lain lain dan lain lain. But, honestly, itu tidak mengobati apapun. Pun, keluarga istri gw disini pun sama. Mertua gw juga sakit-sakitan, dan it has been worse after vaksin. Dan again, pun secara fisik gw ada di dekat beliau, tapi ga banyak yang bisa gw lakuin, karena berbagai alasan.


Tiga satu artinya :

Gw inget waktu kecil punya buku primbon jawa. Dan terserah kalian mo bilang gw kafir atau apa, di dalam hati, gw agaknya percaya dengan "ramalan-ramalan" itu. Disana disebutkan bahwa dari umur 30-40 adalah masa-masa perjuangan. Masa-masa sulit, karena gw harus sudah bisa melepaskan diri dari ketergantungan orang tua. Masa-masa dimana gw harus bisa membangun pondasi bangunan gw sendiri. Dan jika pondasi itu tidak cukup kokoh,maka nanti di usia 40an, bangunan gw bisa goyang. Ini ga cuman nyangkut finansial, tapi juga sosial, termasuk ego diri. Bagaimana gw harus mulai belajar untuk "You are later, the first one is your family, your children". Dan jujur, ini susah. Apalagi buat gw yang kadang terlalu ambisius untuk mencapai satu hal.


But well,
U can not deny, right ? So, ya jalanin aja. Manusia berencana dan Tuhanlah yang akan mengkoreksi rencana-rencana kita. Hope d life will always be okay.



Goals for 2024 !! Bismillah !