::: tunjukilah kami jalan yg lurus [QS 1:6] :::

any suggest.. ?

    Something is not right. This week, my English Conversation Course ended. I am still in Level 3 and need one level more to complete all level in this course. But, i don't really have a choice. I have two choice, but only can choose one. First, is to continue this course to Level 4. And second choice is to come back to d campus and continue my job as a lecturer. It's not easy for me to decide, because i love both of them. But, d time and scheduled do not allow to do both.

    To be honest, right now, i like to continue my course. Simple, because it's fun. Even, you can see, my english is still lack, but the important thing is i can try to speak and listen and have a conversation in english. This course, encourage me much, to be more confident and brave enough to use english. Even, once more, it lack everywhere. And one more, I take this english course to increase my TOEFL score. Until now, I can increase my TOEFL score in about 30 point. It still 510 and my target is 550 (minimum requirement to register to abroad scholarship), so actually i haven't reach my target. I still need this course as well.

    But also, i can not abandon my job as a lecturer. This semester i took an absent. And it'll be more complex problem if i take absent again next semester. Who're you? Newbe Lecturer and brave enough to take a year absent. Haha. I can not lose this job because I hardly get it. It'll be such a waste if I just give up on it. Also, to be lecturer is one of my plan getting scholarship, because I'll have a big chance to take it as a lecturer. Despite that i need to wait longer.

    I haven't decided it, yet. To be honest, i don't know what should I choose. Situation like this, to choose something is always make me crazy. If just i can do both of them..... any suggest.. ?

Liburan di Pangrango,

    Akhirnya, setelah berapa abad gw stres karena ga pernah liburan, weekend kemarin gw akhirnya bisa berlibur. Horeeee. Gw sama temen-temen kantor camping n hiking ceria ke gunung pangrango.

    As you know, gw sama orang-orang kantor sebenernya kurang begitu akrab. Tahu namanya aja kagak. Tapi entah kenapa mereka tahu gw dan ngajakin gw buat ikutan naik gunung. Kaki gw yang udah gatel karena jarang mandi, eh, jarang diajak jalan, langsung memerintah otak untuk mengiyakan ajakan mereka. Saat itu, kendali diri gw emang ada di kaki. Kaki gw niru para buruh yang pada demo karena jarang diajak liburan. Dan, weekend kemarin kita jalan.

    Jumat malem kita jalan. Agak memalukan memang ketika kita udah jalan bareng-bareng, ngobrol ngalor ngidul, tapi gw ga tau nama mereka. Akhirnya, dengan mengandalkan intelegensi tertinggi gw, gw memperhatikan, merekam, dan menganalisa percakapan mereka, dan kemudian menyimpulkan nama-nama mereka. Pak Ketua kita namanya Ari Latiman, Pak Guide kita yang udah pengalaman jadi penjaga gunung, Denis dan adiknya, Dea. Yang tua dan dituakan Pak Widi dan Pak Rosadi. Kumpulan gadis dan emak-emak : Bu Ida, Mba Hana, Mba Ika, Mba Addah, Darni. Dan para pemuda kurang belaian : Mas Raja, Andre, Watt, dan gw. Yeah, gw apal nama mereka semua. Merdeka. Hahahaha.


     Sejak terakhir kali ke Gunung Gede, ga ada yang berubah. Namanya tetep Gunung Gede, pengunjungnya tetep seabrek, air terjunnya masih tetep terjun, cipanas masih tetep panas. Semuanya masih sama. Hanya cerita kita yang berbeda. Kau bahagia disana, aku mendaki disini. Pret.

    Singkat cerita, perjalanan dari Cibodas sampe Kandang Badak butuh waktu sekitar 6 jam dan jam 1 siang semua anggota tim baru lengkap. Terjadi perdebatan kusir disini, apakah kita akan lanjut ke Pangrango dan ngecamp di Mandalawangi atau kita ngecamp di Kandang Badak dan lanjut Pangrango besok pagi, mengingat ada beberapa anggota tim yang kakiya cramp, badan ga fit, dll. Debat kusir berakhir dengan kita ngecamp di Kandang Badak. Gw yang tergabung dalam tim kontra, akhirnya bosen. karena masih jam setengah tiga siang dan harusnya masih banyak hal yang bisa dilakukan. So, daripada garing, gw memutuskan untuk jalan ke puncak Gede sendiri. Yang pada akhirnya jadi ga sendiri juga, karena satu rekan, si Watt pengen ikutan.

    Gw dan Watt sampe puncak Gede sejam kemudian. Kita juga engga nyangka bakal secepet ini nyampe puncak. Mungkin karena ga bawa beban hidup dan beban keril, jadi jalannya lebih cepet. Yang berbeda dari Puncak Gede saat itu adalah sepi. Puncak Gede yang biasanya kayak pasar, sore itu kayak Mesjid. Pas nyampe puncak cuaca cerah dan matahari pun bersinar terang. Tapi setengah jam kemudian, kita kudu nyari tempat berlindung karena tiba-tiba angin di puncak Gede kenceng banget. Cuaca yang tadinya cerah, cuma dalam waktu 20 menit jadi penuh kabut. Saking tebelnya tuh kabut, kita cuma bisa liat dalam jarak pandang kurang dari 20m. Depan, belakang, kanan, kiri yang keliatan cuma warna putih. Nothing else. Disambangi dengan angin yang kenceng dan dingin banget, memaksa kita untuk segera turun, karena takut ada apa-apa di puncak. Sejam berlalu dan kita selamat dari kepungan kabut. Well, meskipun agak-agak ngeri. Tapi ini adalah pengalaman pertama gw dalam kondisi kayak gini. Thrilling but exciting.


    Malem di Kandang Badak lumayan dingin. Gw yang biasanya tahan sama dingin, malem itu kudu ngeringkuk kedinginan. Dingin juga memaksa gw ga bisa tidur nyenyak malem itu. Padahal jam 1 dini hari, kita udah kudu siap buat ngedaki puncak pangrango.

    Persiapan ke puncak pangrango agak ribet karena anak-anak pada susah dibangunin. Dari rencana jalan jam 1 subuh, molor sampe jam 2 karena ga ada yang bangun. Belum packingnya. Belum yang pada galau mau ikut naik apa kagak. Tapi pada akhirnya, jam setengah tiga semua udah ready, dan kita mulai perjalanan ke puncak pangrango.

    Trek ke Pangrango beda banget sama ke Gede. Keren parah. Treknya menantang banget. Pohon ngehadang dimana-mana, jadi kita kudu ngerayap atau lompat sana sini. Belum lagi trek tanah yang bikin sendal/sepatu kudu nyelup lumpur. Ada juga trek dimana kanan-kiri dinding tanah dan cuman nyisain space sebadan doank buat jalan. It's very different with the first route from Cibodas to Kandang Badak.

    Jam setengah enem kita nyampe puncak Pangrango dan ga ada apa-apa disana. Ya, cuma ada plank puncak Pangrango dan ketinggian. Itu doank. Ga ada pemandangan kayak di Gede. Karena ga banyak yang bisa dilakukan di puncak, kita akhirnya turun ke Mandalawangi. Katanya Mandalawangi itu keren parah, tapi pagi itu tebelnya kabut ga kalah parah. Di Mandalawangi, kita ga bisa liat apapun di jarak lebih dari 10 meter. Putih doank. Sementara anginnya bikin beku. Kita nunggu di Mandalawangi beberapa saat, berharap tu kabut pada kabur. Tapi sejam berlalu dan kabut masih disitu melulu. Akhirnya, karena perjalanan kita masih panjang, masih kudu turun gunung di hari yang sama, kita mutusin untuk balik ke Kandang Badak. Yang menarik dari pas balik dari Puncak ke Kandang Badak adalah treknya. Ya, kita semua ga percaya kalo kita semalem ngelewatin trek gila kayak gini. Jadi selain turun gunung, kita juga disibukkan dengan geleng-geleng kepala ga percaya.


    Ga banyak waktu tersisa pas kita nyampe di Kandang Badak. Makan, packing, dan langsung turun lagi ke Cibodas. Mungkin karena terlalu capek, beberapa anggota tim ada yang kram, keseleo, dll. Rencana nyampe Cibodas jam 2 siang molor sampe jam 6 maghrib. Apa daya kan, orang pada cidera gitu, masak dipaksain jalan cepet-cepet. Karena nyampe Cibodas jam 6 maghrib, maka gw sampe kosan jam setengah sebelas malem. Karena udah malem dan badan gw juga udah capek banget, maka ga ada yang bisa dilakukan lagi selain tidur. Selesai.

Note :
- Thanks to this trip so that i can know more about our workmate. Gw ngobrol banyak sama Mb Hana, Mb Ika, dan make a friend dengan temen-temen yang pada awalnya kenal aja kagak, Mas Ari, Watt, dkk. It's not about reaching the top, but about our friendship and togetherness.


Goals for 2024 !! Bismillah !