Well, mengenai bagaimana akhirnya Sasa bisa baca, ga terlepas dari metode-metode. Di post kali ini gw bakal ceritain beberapa metode yang pernah kita coba.
First, sebelum kemana-mana,
langkah pertama dan utama, adalah anak harus kenal huruf dulu. Mau pake metode apapun, kalau anak belum kenal huruf ya susah. Ga perlu hafal semua huruf dulu, yang paling sering dipakai aja dulu kayak : S, R, M, N, T, dll. Huruf yang jarang dipakai kayak Q, X, W, Z, F, V itu nyusul gpp.
langkah kedua, adalah anak harus bisa ngebedain huruf vokal dan konsonan. Huruf vokal harus hafal.
1. Metode Menghafal Kata
Inti metode ini adalah menyandingkan nama benda dengan tulisannya. Contoh paling gampang adalah perabot di rumah kasih label. Di meja tempelin kertas/stiker bertuliskan MEJA, di lemari tempelin tulisan LEMARI, dan seterusnya. Juga kalau sekarang ada yang namany kartu huruf gitu, dimana di kartu itu ada gambarnya, di bawahnya ada tulisannya. Atau dengan suara. Misal kita ngomong "jeruk" sambil nunjukin tulisan "JERUK". Metode suara ini bakal lebih efektif lagi kalau dibarengin dengan sering membacakan buku cerita, sambil anaknya disuruh liatin tulisannya. Keponakan gw berhasil pakai metode ini, tapi di Sasa GA BISA. Kenapa? As simple as dia ga suka menghafal. Kalau gw tunjukin kartunya, dia ga mau lihat tulisannya. Kalau gw bacain cerita, dia maunya lihat ekpresi gw, bukan tulisannya. Hehe. Kalau cocok, metode ini, kata orang bisa cepet buat bikin anak bisa baca, tapi ternyata ada kelemahannya. Yaitu : ketika dihadapkan dengan kata baru yang dia belum rekam, dia bakal ngeblank. Dan itu menyiskan PR besar, karena artinya orang tuanya harus kasih masuk kata sebanyak-banyaknya. Kelemahan yang kedua adalah kalau dibalik suruh nulis, dia juga kesulitan.
2. Metode Suku Kata
Kata temen gw yang guru TK, metode ini sekarang banyak dipakai di TK-TK. Metode ini pada dasarnya hampir sama dengan metode menghafal kata, akan tetapi dipecah lagi per suku kata (tong). Gw rasa metode ini muncul karena ketidakberhasilan metode menghafal kata. Di metode ini anak dikenalin dengan gabungan huruf konsonan dan vokal. Misal, anak dikasih tulisan "BA" dan guru ngasih tahu kalau ini bunyinya "BA". Begitu seterusnya. So, kalau nanti ketemu kata BATU, anak akan membacanya sebagai BA-TU. Kalau ketemu kata LEMARI, anak akan baca LE-MA-RI. Metode inipun di Sasa ga berhasil karena setelah dijalanin, tong yang harus dihafalkan terlalu banyak. Bayangin dari huruf B aja, bisa jadi 5 tong dasar yaitu BA, BI, BU, BE, BO. Belum lagi nanti kalau ketemu huruf mati : BAS, BIS, BUS, BES, BOS, BAM, BIM, BUM, BEM, BOM, dan seterusnya. Yang harus dihafalkan jadi berlipat-lipat. Gw pribadi merasa metode ini hanya cocok untuk baca kata-kata yang simple. Tapi untuk baca di dunia sesungguhnya, it won't work.
3. Metode Mengeja
Nah, akhirnya setelah gagal di dua metode di atas, gw coba iseng ajarin Sasa untuk mengeja. Memang awalnya agak susah untuk menyampaikan konsep mengeja itu. Tapi setelah ketemu kuncinya, ternyata jadi gampang banget. Kunci dari mengeja menurut gw adalah anak harus paham cara dan asal pengucapan atau kalau belajar baca Quran tu makhroj nya. Misal, untuk baca "BA", anak harus paham bener bahwa huruf B itu cara ngucapinnya dengan menempelkan bibir atas dan bibir bawah. Jadi mau dikombinasikan dengan huruf vokal apapun, ya harus awalnya bibir atas dan bawah nempel. Seinget gw, gw cuman ngajarin Sasa 2/3 kali doank. Setelah itu gw tempel beberapa kata yang udah dipecah per suku kata di kamar. (Misal tulisan BATU, ditulis BA-TU). Biar tiap saat bisa dilihat, penasaran, dan coba baca. Dan tepat setelah lebaran tahun ini, ternyata dia bisa baca sendiri. Gw coba dengan kata-kata lain, sedikit kesulitan, tapi akhirnya bisa juga. Setelah lancar, berapa minggu kemudian gw tambahin jadi 3 suku kata. Tiap hari gw kasih tugas untuk menghubungkan gambar dan katanya. Sampai lancar semua huruf dia bisa. Tanpa harus gw ajarin satu-satu lagi. Udah otomatis. Nah, yang agak susah adalah kemarin waktu baca huruf mati. Misal BUNDA => BUN-DA. BU nya bisa, tapi dikasih N biar jadi BUN, itu yang agak peer. Maka gw pancing dengan makhroj lagi. Jadi awalnya dia bacanya BU-EN. Lama-lama, paham sendiri, dan bisa bilang BUN. Huruf selanjutnya yang sering dipakai kayak S, R, M, NG, T, dll langsung otomatis bisa. Kecuali beberapa huruf mati yang jarang diketemuin masih belajar.
Kelebihan dari metode ini dibanding dua metode sebelumnya adalah anak ga perlu menghafal banyak kosakata. Yang mana, Sasa emang kurang di hafalan. Terus, anak juga bisa baca apapun, ga terbatas terhadap kata yang kita ajarin. Dia di kamar mandi lihat botol sabun "BIORE" dia baca sendiri. Lagi jalan lihat tulisan, baca. Lihat tulisan di baju, baca. Kadang di rumah juga suka iseng ambil buku sendiri, baca sendiri.
Dan satu kelebihan metode ini yang gw cukup amaze juga adalah tanpa kita ajarin, Sasa udah otomatis bisa nulis sendiri. Kalo gw suruh nulis PINTU. Otomatis tuh Sasa akan mengeja P-I PI, dikasih N, PIN. T-u TU. PINTU Jadi dia langsung tahu huruf pembentuknya adalah P-I-N-T-U. Luar biasa. AKhirnya gw tes lah ke temennya Sasa yang baca pakai metode menghafal kata. Dan ternyata no clue.
So finally, gw amaze sendiri sih. Ternyata metode yang paling jadul adalah metode yang paling pas buat si Sasa bisa baca. Gw ga merekomendasikan bahwa ini metode terbaik ya, tapi di kasus anak gw, Sasa, metode mengeja adalah yang paling pas. Sekian.