(sumber : facebook.com)
Jujur aja, ketika ada yang nge-bully Ustadz Yusuf Mansur, berkata yang tidak benar tentang beliau, menjelek-jelekan beliau, gw marah, gw ga terima. Tapi ketika gw hendak marah, gw langsung ingat kata-kata beliau. "Saya ini lagi belajar, belajar untuk positif, memuji orang, bukan sebaliknya. Saya ingin mengajak temen-temen semua untuk ayo donk belajar positif, belajar memuji. Karena kata Rasul, kita tidak boleh menceritakan hal-hal jelek tentang orang lain. Karena kalau ternyata itu salah, maka jatuhnya fitnah. Tapi kalau ternyata itu benar, maka lebih wajib lagi bagi kita untuk menutupi aib orang tersebut, sambil terus menerus mengingatkan dengan cara-cara yang baik, cara-cara yang santun". Gimana gw mau marah coba?
Gw pribadi belum pernah ketemu Ustadz YM, ikut pengajian beliau pun belum pernah. Tapi kekaguman dan kecintaan gw sama Ustadz YM jelas. Bukan karena apa-apa, semata-mata karena beliau selalu mengajak ke kebaikan.
Pertama kali gw kenal dan belajar dari Ustadz YM adalah ketika dulu ada acara "Chating dengan YM" di ANTV. Dari acara itu gw belajar banyak hal. Agama itu bukan ekslusif, tapi ada di keseharian kita. Agama itu bukan semata-mata yang ikut kajian sana-sini, tapi pengusaha dan pedagang pun beragama. Agama bukan hanya yang rajin ke masjid, tapi seorang ibu yang berjuang jualan bensin eceran, berdoa, dan bersedekah untuk anak-anaknya pun beragama. Agama bukan hanya bagi mereka yang hafidz Quran, tapi yang menyediakan, yang mengusahakan berdirinya Rumah Tahfidz pun beragama. Ustadz YM melalui acara itu ngebuka wawasan gw tentang Islam. Islam yang sebelumnya gw pahami sebagai sebuah ekslusifitas.
Semakin banyak gw mencari dan melihat Ustadz YM, semakin banyak pula hal yang gw pelajari dari beliau. Utamanya soal mimpi. Bahwa ada kesamaan pemikiran antara gw dan Ustadz YM. Bahwa sebagai seorang manusia, apalagi manusia beragama harus selalu bermimpi. Dan mimpi jangan cuma nanggung, tapi mimpi harus mimpi besar. Sejak saat itu, apapun yang dilakukan Ustadz YM, selalu gw ikuti. Mulai dari Daqu, Rumah Tahfidz, Patungan Usaha, Kopindo, hingga saat ini PayTren. Mimpi beliau tetap satu, yaitu ingin membeli kembali Indonesia dan menjadikan negara ini dipandang oleh negara lain. Dan itulah tepatnya yang mulai dirintis oleh beliau saat ini. Belum begitu terlihat, tapi gw yakin, kami yakin sebagai murid-murid beliau, atas izin Allah, itu akan terwujud. Ada beberapa masalah, misal soal Patungan Usaha dan MLM dalam PayTren. Tapi semua toh sudah dijelaskan dan diselesaikan sesuai dengan prosedur yang ada. Plus, setelah ada masalah itu, Ustadz YM mencontohkan kepada kita untuk belajar, bukan menghindar atau bahkan menyalahkan. Bahkan beliau menyengaja kuliah S2 dan lulus dengan predikat Cumlaude dan mendapat gelar Magister Ilmu Ekonomi dari Universitas Trisakti.
Ustadz YM adalah orang yang jujur dan apa adanya. Tak pernah menggurui apalagi menghakimi. Buku-buku beliau yang berjilid-jilid, tulisan-tulisan beliau di web, instagram, menceritakan kisah hidup beliau apa adanya. Tanpa dibumbui ataupun dikurangi. Itulah makanya, dibanding buku-buku lain, secara kebahasaan dan kesusastraan kalah jauh. Akan tetapi secara isi, semua yang beliau tulis orisinil. Dan justru itulah kekuatannya.
Ustadz YM juga selalu mengajak kita untuk lebih mencintai Al Quran. Mendorong anak-anak kita untuk menjadi Hafidz/Hafidzah melalui Daqu maupun Rumah Tahfidz, bagi pekerja yang sok sibuk kayak gw, yang ga sempet fokus belajar agama, beliau ngasih solusi untuk ikut program ODOA (One Day One Ayat, satu hari untuk menghafal satu ayat). Dan banyak hal lainnya, yang kesannya simpel, sederhana tapi mengena dan solutif. Dan semua itu gw ikutin, walaupun dalam pelaksanaannya ya jauh dari 100%. Hehe.
Dan di akhir-akhir ini ketika beliau mengajak kita untuk belajar positif, belajar memuji orang, dengan mencontohkan "Memuji Presiden Jokowi", lagi-lagi gw harus ikuti. Karena itu ajakan positif. Beliau ga ngajak ribut, beiau ga provokasi, beliau ga merugikan orang lain, beliau ngajak bener. Toh meskipun nayatanya apa yang dilakukan Ustadz YM dan yang kami ikuti ini mendapat respon yang kurang baik di beberapa kalangan masyarakat. Mulai dari cemoohan hingga fitnah yang sama sekali tidak enak didengar telinga. Sebagai murid (yang tak pernah bertemu), jujur gw marah, gw ga rela orang yang gw sebut guru direndahkan seperti itu. Tapi gw juga selalu ingat, di saat yang sama pun, di bawah bully, cemooh, dan fitnah itu Ustadz YM terus mendorong kita untuk terus positif dan menjadikan cemoohan itu sebagai pelebur dosa kita. Jadi, it means nothing lah.
Well, tak ada gunanya marah-marah. Pun tulisan ini bukan karena gw pengen marah, cuman pengen curhat aja dan sekaligus bertanya "Bagian mana dari ajakan Ustadz YM yang salah?". Tolong dijawab dengan jujur.