::: tunjukilah kami jalan yg lurus [QS 1:6] :::

Metode-metode Mengajari Anak Membaca, dan Yang Cocok Buat Sasa

Well, mengenai bagaimana akhirnya Sasa bisa baca, ga terlepas dari metode-metode. Di post kali ini gw bakal ceritain beberapa metode yang pernah kita coba.

First, sebelum kemana-mana, 

langkah pertama dan utama, adalah anak harus kenal huruf dulu. Mau pake metode apapun, kalau anak belum kenal huruf ya susah. Ga perlu hafal semua huruf dulu, yang paling sering dipakai aja dulu kayak : S, R, M, N, T, dll. Huruf yang jarang dipakai kayak Q, X, W, Z, F, V itu nyusul gpp.

langkah kedua, adalah anak harus bisa ngebedain huruf vokal dan konsonan. Huruf vokal harus hafal.

1. Metode Menghafal Kata

Inti metode ini adalah menyandingkan nama benda dengan tulisannya. Contoh paling gampang adalah perabot di rumah kasih label. Di meja tempelin kertas/stiker bertuliskan MEJA, di lemari tempelin tulisan LEMARI, dan seterusnya. Juga kalau sekarang ada yang namany kartu huruf gitu, dimana di kartu itu ada gambarnya, di bawahnya ada tulisannya. Atau dengan suara. Misal kita ngomong "jeruk" sambil nunjukin tulisan "JERUK". Metode suara ini bakal lebih efektif lagi kalau dibarengin dengan sering membacakan buku cerita, sambil anaknya disuruh liatin tulisannya. Keponakan gw berhasil pakai metode ini, tapi di Sasa GA BISA. Kenapa? As simple as dia ga suka menghafal. Kalau gw tunjukin kartunya, dia ga mau lihat tulisannya. Kalau gw bacain cerita, dia maunya lihat ekpresi gw, bukan tulisannya. Hehe. Kalau cocok, metode ini, kata orang bisa cepet buat bikin anak bisa baca, tapi ternyata ada kelemahannya. Yaitu : ketika dihadapkan dengan kata baru  yang dia belum rekam, dia bakal ngeblank. Dan itu menyiskan PR besar, karena artinya orang tuanya harus kasih masuk kata sebanyak-banyaknya. Kelemahan yang kedua adalah kalau dibalik suruh nulis, dia juga kesulitan.

2. Metode Suku Kata

Kata temen gw yang guru TK, metode ini sekarang banyak dipakai di TK-TK. Metode ini pada dasarnya hampir sama dengan metode menghafal kata, akan tetapi dipecah lagi per suku kata (tong). Gw rasa metode ini muncul karena ketidakberhasilan metode menghafal kata. Di metode ini anak dikenalin dengan gabungan huruf konsonan dan vokal. Misal, anak dikasih tulisan "BA" dan guru ngasih tahu kalau ini bunyinya "BA". Begitu seterusnya. So, kalau nanti ketemu kata BATU, anak akan membacanya sebagai BA-TU. Kalau ketemu kata LEMARI, anak akan baca LE-MA-RI. Metode inipun di Sasa ga berhasil karena setelah dijalanin, tong yang harus dihafalkan terlalu banyak. Bayangin dari huruf B aja, bisa jadi 5 tong dasar yaitu BA, BI, BU, BE, BO. Belum lagi nanti kalau ketemu huruf mati : BAS, BIS, BUS, BES, BOS, BAM, BIM, BUM, BEM, BOM, dan seterusnya. Yang harus dihafalkan jadi berlipat-lipat. Gw pribadi merasa metode ini hanya cocok untuk baca kata-kata yang simple. Tapi untuk baca di dunia sesungguhnya, it won't work.


3. Metode Mengeja

Nah, akhirnya setelah gagal di dua metode di atas, gw coba iseng ajarin Sasa untuk mengeja. Memang awalnya agak susah untuk menyampaikan konsep mengeja itu. Tapi setelah ketemu kuncinya, ternyata jadi gampang banget. Kunci dari mengeja menurut gw adalah anak harus paham cara dan asal pengucapan atau kalau belajar baca Quran tu makhroj nya. Misal, untuk baca "BA", anak harus paham bener bahwa huruf B itu cara ngucapinnya dengan menempelkan bibir atas dan bibir bawah. Jadi mau dikombinasikan dengan huruf vokal apapun, ya harus awalnya bibir atas dan bawah nempel. Seinget gw, gw cuman ngajarin Sasa 2/3 kali doank. Setelah itu gw tempel beberapa kata yang udah dipecah per suku kata di kamar. (Misal tulisan BATU, ditulis BA-TU). Biar tiap saat bisa dilihat, penasaran, dan coba baca. Dan tepat setelah lebaran tahun ini, ternyata dia bisa baca sendiri. Gw coba dengan kata-kata lain, sedikit kesulitan, tapi akhirnya bisa juga. Setelah lancar, berapa minggu kemudian gw tambahin jadi 3 suku kata. Tiap hari gw kasih tugas untuk menghubungkan gambar dan katanya. Sampai lancar semua huruf dia bisa. Tanpa harus gw ajarin satu-satu lagi. Udah otomatis. Nah, yang agak susah adalah kemarin waktu baca huruf mati. Misal BUNDA =>  BUN-DA. BU nya bisa, tapi dikasih N biar jadi BUN, itu yang agak peer. Maka gw pancing dengan makhroj lagi. Jadi awalnya dia bacanya BU-EN. Lama-lama, paham sendiri, dan bisa bilang BUN. Huruf selanjutnya yang sering dipakai kayak S, R, M, NG, T, dll langsung otomatis bisa. Kecuali beberapa huruf mati yang jarang diketemuin masih belajar.

Kelebihan dari metode ini dibanding dua metode sebelumnya adalah anak ga perlu menghafal banyak kosakata. Yang mana, Sasa emang kurang di hafalan. Terus, anak juga bisa baca apapun, ga terbatas terhadap kata yang kita ajarin. Dia di kamar mandi lihat botol sabun "BIORE" dia baca sendiri. Lagi jalan lihat tulisan, baca. Lihat tulisan di baju, baca. Kadang di rumah juga suka iseng ambil buku sendiri, baca sendiri.

Dan satu kelebihan metode ini yang gw cukup amaze juga adalah tanpa kita ajarin, Sasa udah otomatis bisa nulis sendiri. Kalo gw suruh nulis PINTU. Otomatis tuh Sasa akan mengeja P-I PI, dikasih N, PIN. T-u TU. PINTU Jadi dia langsung tahu huruf pembentuknya adalah P-I-N-T-U. Luar biasa. AKhirnya gw tes lah ke temennya Sasa yang baca pakai metode menghafal kata. Dan ternyata no clue. 

So finally, gw amaze sendiri sih. Ternyata metode yang paling jadul adalah metode yang paling pas buat si Sasa bisa baca. Gw ga merekomendasikan bahwa ini metode terbaik ya, tapi di kasus anak gw, Sasa, metode mengeja adalah yang paling pas. Sekian.

Kak Sasa Mulai Pintar Baca

Akhir-akhir ini gw lagi seneng banget karena Sasa udah mule lancar baca. Belum baca yang panjang banget, tapi kalau satu kalimat utuh udah bisa. Diajak baca buku cerita yang sederhana juga udah bisa, walaupun kalau kalimatnya panjang, dia suka ga paham apa yang dibaca. But anything, gw seneng banget. An appreciate life point for this one.

Well, Sasa sekarang umurnya 5 tahun dan bulan Juli kemarin baru masuk TK-A. And FYI, gw sebenernya juga nyantumin ini (Sasa bisa lancar baca) di salah satu dream book gw, yang setelah gw buka lagi ternyata gw buat 28 Januari 2022 dengan target 31 Desember 2022. Telat sih, tapi not bad. The important thing is, dream ini tercapai. 


Kenapa gw pengen Sasa segera bisa baca? Sebenernya alasannya sederhana sekali. 

First, karena ini adalah masa-masa Golden Age nya dia. Dimana dari yang gw baca, sebisa mungkin, informasi dan ilmu kalau memungkinkan masuk di usia-usia segini, sampai nanti sekitar 8/12 tahun (tergantung referensi yang dibaca). Masalahnya adalah, informasi yang bisa gw (dan istri)  supply tentu sangat terbatas. Ya terbatas kemampuan, ya terbatas waktu. Harapan gw adalah dengan Sasa bisa baca, nantinya dia bisa baca buku sendiri, get information by herself. Tentu dengan tetap mendampinginya belajar. I mean, kalo ngandelin semua-semua dari orang tua, it won't work. Gw aja setiap hari pulang udah maghrib, di rumah 2/3 jam anak udah tidur lagi. Istri gw kalo ga ngajar juga sibuk dengan urusan rumah, utamanya ngurusin adeknya Sasa. So, time itu bener-bener limited banget.

Second, she can. Selain karena alasan kami yang punya keterbatasan, gw juga tahu kalau Sasa itu mampu. Gw tau Sasa anaknya curios, pengen tahu, dan mandiri. So, asal didampingi dengan  benar, kemandiriannya ini akan memberikan impact yang besar buat dia nantinya. Nah, daripada nungguin emak-bapaknya nyuapin ilmu dan informasi, kan mending gw manfaatin sifat-sifat positif ini biar bisa lebih bermanfaat buat Sasa. Toh, anaknya sama sekali tidak merasa terbebani dengan ini.

But, tentu aja ada beberapa yang ga sependapat sama kita (atau gw tepatnya), karena katanya it's too early buat ngajarin anak baca. Termasuk bokap gw (yang almost 40 tahun jadi guru SD). Kami terima saran dari beliau, so, makanya kita combine cara ngajarin bacanya. Intinya agar tidak bikin anak tertekan, dan buat semua proses ini menyenangkan.

Kalau gw balik ke Dream Book gw, gw nulis ini 28 Januari 2022, artinya saat itu usia Sasa masih belum genap 4 tahun. Kita tahu itu emang early banget. So, makanya kita gathering berbagai macam metode dan informasi, entah dari baca buku, dari internet, dari ngobrol sama temen, bahkan dari beberapa guru TK yang kita kenal. Dari referensi yang kita dapat itu, kita juga udah nyoba beberapa cara. Dari metode menghafal kata dan gambar, metode baca per suku kata, nulisin tiap benda di rumah dengan tulisannya, dan macem-macem. Tapi ternyata yang paling work adalah metode paling jadul, yang dulu gw dan istri diajarin di sekolah, yaitu mengeja. Cerita gimana Sasa akhirnya bisa baca, akan gw ceritain di post berikutnya.

Well, gw dan istri percaya kalo setiap anak, setiap manusia itu punya potensinya masing-masing. Hari ini mungkin Sasa bisa baca yang menurut kami, lebih hebat dibanding beberapa anak seusianya. But, at the same time, kita juga nemuin (dan banyak), anak seumuran Sasa yang udah hafal Al Quran beberapa juz. Ada anak umuran segini yang udah bisa mandi dan cebok sendiri. Sasa belum. So, di samping apreciate bahwa Sasa hebat sudah mulai bisa baca, gw dan istri juga selalu bilang ke Sasa bahwa setiap anak punya kehebatan masing-masing, so, kita ga boleh sombong. Dan alhamdulillah, ni anak paham.

Great job Kak Sasa!!