::: tunjukilah kami jalan yg lurus [QS 1:6] :::

Ternyata "gw" itu tidak seperti yang gw pikirkan.

  Beberapa waktu yang lalu, gw ikut tes psikologi. Iseng aja. Sekedar pengen tau gw itu orang yang kayak gimana sih. Apa bener gw orang yang gemar menabung? Hehe. Dan well, hasilnya, cukup bikin gw amaze. At the first time agak shock sih, tapi setelah gw pikir-pikir lagi, amazing sih. Let's see the result.


Pertama, yang bikin gw amaze adalah ternyata gw orangnya too sharp. Terlalu tajam di beberapa hal dan terlalu tumpul di hal lain. Ini jujurly, bertentangan dengan apa yang gw pikir tentang diri gw sendiri. Karena sejak SMP, gw mengira bahwa gw itu orangnya generalis, punya keahlian yang rata, walaupun ga tajam. Atau gampangannya bisa semua hal tapi nanggung. Contoh paling gampang, gw bisa semua mata pelajaran waktu sekolah. Misal, gw jago matematika. Tapi bukan yang no 1. Nilai bahasa gw bagus, tapi masih ada yang lebih bagus dari gw. Gw cukup dipandang alim sama guru agama gw, tapi yg lebih alim dari gw juga ada. Kalo di ranking, mungkin gw bakal masuk 5 besar di semua mata pelajaran, tapi ga pernah bisa jadi yang no 1.

Begitu juga di karakter gw. Selama ini gw mengira gw orangnya adaptif terhadap lingkungan sekitar, walaupun yang lebih adaptif dari gw juga banyak. Gw pikir selama ini gw orang yang tenang menghadapi masalah, walaupun kadang masih suka kebawa emosi juga. Well, I mean, gw kira selama ini gw orangnya rata.

So, ketika gw ngelilat hasil tes yang ternyata sangat tidak rata itu. Gw amaze dan jadi mikir ulang. "Apa iya gw gitu?".

Well, dari hasil tes ini terlihat bahwa gw punya tiga sifat yang sangat tajam yaitu : Kecermatan, Konsentrasi, dan Penyesuaian Diri. Gw mengakui iya, tapi ga nyangka bahwa bakal setajem itu. Kita bahas satu-satu.

1. Kecermatan
Kecermatan, menurut gw ini berasal dari sifat jeli melihat keadaan. Kejelian bisa dilatih dengan pandai merencanakan. Nah, gw orangnya perencana banget. Event hal kecil pun, gw merasa harus punya planning. Misal, gw mau nyuci piring. Di otak gw tu langsung otomatis menganalisa dan ngeplanning. Tempat yang tersedia seberapa, yang harus dicuci apa aja, urut-urutan nyuci nya gimana, sabun nya cukup apa engga, sampai gw bisa memprediksi berapa menit gw bakal selesai nyuci piring. Dan misalnya kok ada yang ga sesuai di tengah jalan, jumlah sendok yang gw cuci kurang, atau waktu ngerjainnya molor, gw tahu apa yang salah. So, itu adalah kecermatan, yang lahir dari kemampuan menganalisa dan merencanakan. Atau saat lagi kerja, it means, coding. Saat ada yang salah dan debugging, banyak temen-temen gw yang kesusahan nyari mana yang salah dan biasanya minta tolong ke gw. Maka, otak gw langsung menganalisa dan bikin plan : gambaran besarnya gimana, flow nya harusnya gimana, dan gw cek sesuai flow yang gw rencanain, dan biasanya ketemu. Temen-temen gw bilang gw cermat. Padahal gw cuman sesuain aja result dengan plan. But, jika memang hasil test menunjukkan gw cermat, gw admit itu.

2. Konsentrasi
Gw bisa konsentrasi dalam keadaan seperti apapun. Event di saat genting sekalipun. Ketika istri gw mau lahiran misalnya dan orang rumah bilang pompa air mati, gw masih bisa berpikir jernih how to solve the problem. Gw biasa, tangan kanan nyuapin Sasa, dan tangan kiri main lego sama Fakih, sementara mata nonton badminton. Atau telinga kanan ngedengerin meeting, telinga kiri ikut seminar, sementara tangan ngerjain laporan. Gw bisa berpindah dan fokus dengan cepat dalam mengerjakan sesuatu atau kita nyebutnya konsentrasi. So, gw juga admit ini. Meskipun ga nyangka, nilainya bakal setinggi itu.

3. Penyesuaian Diri
Gw juga agaknya setuju dengan yang satu ini, meskipun sekali lagi ga nyangka nilainya bakal setajem itu. Gw bisa beradaptasi dengan lingkungan yang berbeda-beda. Gw bisa ngobrol sama bapak-bapak RT, atau mahasiswa, atau bahkan anak TK sekalipun, dan nyambung. Gw bisa berteman dengan temen-temen yang beragamanya ekstrim, biasa-biasa aja, sampai yang tidak beragama. Gw bisa main di komunitas badminton, baca buku, bahkan seni tari. Gw bisa comment masalah politik, agama, bola, sampai K-Pop sekalipun. Tapi ya itu tadi, gw ngira nilainya ada di tengah-tengah, tidak setajam itu.


Selain sifat yang tajem-tajem itu, gw ternyata juga punya dua sifat yang sangat tumpul yaitu, pengendalian diri dan ketahanan kerja. Yang, selama ini, gw ga pernah sadar ini.

1. Pengendalian Diri
Gw mengira selama ini gw adalah orang yang cukup bisa mengendalikan diri lho. So, ketika nilai gw tumpul, gw ga percaya. Gw googling, apa itu pengendalian diri. Definisi dari pengendalian diri adalah kemampuan untuk menyusun, membimbing emosi dan perilaku. Dan setelah gw pikir-pikir lagi, mungkin ada benernya juga. Mungkin selama ini gw merasa bisa mengendalikan diri, karena gw Planner. Ketika semua hal sesuai rencana, gw bisa mengendalikan diri dan emosi gw. Tapi ketika, kadang-kadang, ada hal di luar rencana, gw jadi gampang emosi dan penuh keragu-raguan. So, gw bisa mengambil kesimpulan bahwa selama ini, kemampuan gw dalam merencanakan sesuatu, sifat cermat dan adaptif gw itu udah membantu menutup lubang pengendalian diri gw. Atau bisa juga dibilang bahwa gw mengendalikan diri dengan cara yang lain.

2. Ketahanan Kerja
Kalau ini no debat. Menurut definisi, ketahanan kerja adalah kemampuan bertahan dalam melakukan pekerjaan yang sama/rutin dalam jangka waktu yang cukup lama dengan hasil yang konstan. Dan gw akui gw bukan orang yang seperti itu. Gw moody. Gw paling ga bisa kalau disuruh ngerjain satu hal berulang-ulang. Walaupun mungkin banyak yang ga sepakat, karena temen-temen gw ngeliat gw ga pernah keluar dari kerjaan gw, gw stick dengan apa yang gw kerjain. But, sesungguhnya i am not that good. Dan pada akhirnya, sifat planner dan daptif gw lah yang membantu menutup lubang ini. 

Dan ada dua sifat/karakter lagi yang nilainya moderat yaitu prososial dan stabilitas emosi. Yang ga perlu gw bahas karena moderat atau biasa-biasa aja.

And, in the end of this post, gw pengen bilang bahwa ternyata sometimes, you do not need to be good at everything ya. Karena secara alamiah, semua hal itu bakal menuju ke titik keseimbangannya sendiri. Kayak yang terjadi di gw. Mungkin karakter cermat, adaptif, dan konsentrasi gw tinggi, sedangkan ketahanan kerja dan pengendalian diri rendah. But, ketika sudah berhadapan dengan real life, ternyata karakter pengendalian diri dan ketahanan kerja gw yang jeblok, ditutup oleh karakter cermat dan adaptif. And itu menciptakan sebuah keseimbangan. Dan balik lagi ke awal cerita gw bahwa gw good at setiap pelajaran, gw jadi mikir lagi, jangan-jangan bukan karena gw beneran good at, tapi karena karakter gw tadi yang menyebabkan gw seakan-akan bisa di setiap hal.

Well apapun itu, ini memberikan perspektif lain bagaimana gw memandang diri gw sendiri. Dan semoga temen-temen yang baca pun demikian, mampu memandang dirinya sendiri dengan lebih baik lagi.

Appreciate Post to My Beautifull Lady

Kalau gw harus amaze dengan sesuatu di tahun 2022 ini, gw memilih istri gw. But, sebelum kita lanjut dengan tulisan ini, izinkan gw untuk make kata aku instead of gw, karena istriku tidak suka gw make kata gw. Hehe.

Well, kenapa kekaguman terhadap istriku bisa ngalahin kekagumanku pada Indonesia yang bisa bertahan well di tengah kondisi dunia yang lagi resesi, atau bisa ngalahin kekagumanku pada Mba Puan yang tetep PD nyapres meski elektabiliasnya kecil, atau kepada Law dan Kid yang bisa ngalahin Big Mom ? Well, simple. Karena istriku do something yang bener-bener drastis, manuvernya tajam, dan dalam waktu yang singkat. 

Kalau mau jujur, sebelum menempati rumah baru kami, ada hati kecil ku yang sedikit khawatir, "apa bener istriku bisa handle all the things di rumah sendirian?" I mean, bukan apa-apa, gw ada rasa kasihan nya gitu loh. Secara selama ini, istriku "terkungkung" dalam kotak kenyamanan yang diberikan oleh keluarganya. Almost everything lah. Mulai dari masak, beresin rumah, ngurus anak-anak, semuanya dibantuin. So, agaknya wajar kalau aku sedikit khawatir.

But, sebulan pertama, kekhawatiran aku mulai hilang, karena ternyata dia bisa. Tidak semuanya, tapi basic things dia bisa. Masak yang simple-simple bisa, urus rumah bisa, dan yang paling penting ngurus dua balita, yang mana dua-duanya susah banget diurusnya. I appreciate that. Walaupun sebenarnya dari dulu aku udah tahu she can do anything. Hanya saja dia itu lack of confidence, karena memang lingkungannya tidak support. Buktinya? She is doing good at her job. Di dosen, sekarang istriku udah punya jabatan fungsional Lektor dan sudah sertifikasi. Yang mana, ga banyak temen-temennya yang sudah ngeraih itu. Kenapa dia bisa? Karena gw tahu dia bisa, walaupun dia sendiri awalnya ga yakin dia bisa. Yang gw lakuin cuman membukakan jalan dan support everything she need. Selanjutnya, biarkan dia berjalan sendiri. Dan hasilnya, she can achieve that.

Pun begitu dengan masalah rumah ini. Gw kasih kesempatan dia untuk explore everything she want. Katanya mau coba bikin tumis, go ahead. Mau coba bikin pancake, lakukan. Mau coba bikin bolu, just do it. Dan hal-hal lain yang dia pengen coba, silahkan lakukan. Semuanya berhasil dan doing well. Paling ntar pas gw balik kerja, dapur berantakan. Hehe. Nah, itu tugas gw sebagai bentuk support gw ke dia.

Ketika PD nya udah mulai naik, dia bilang gini ke gw, "Aku mau bisa ngurus anak-anak sendiri, dan ga mau ngrepotin keluargaku". Karena selama ini, terutama ketika Fakih ga mau makan, istriku minta tolong kakak/mama nya untuk bantuin. So, apa yang gw  lakuin? Gw sediakan suasana yang ngedukung itu. Ketika anak ga mau makan, just leave it. Nanti kalau laper, pasti mau makan sendiri. Ini sesuai dengan saran dokter ya. Awal-awal emang berat, karena istriku ga tega. But, waktu berjalan, dan sekarang dia sudah sangat mahir ngurusin dua anak sendiri. Gw harus angkat jempol, karena gw aja kalo bantuin ngurusin pas hari libur, capek dan ribetnya ampun. Tapi dia bisa handle semuanya almost everyday. 

 Dan ga hanya itu, she is really a good teacher (walaupun cukup galak juga). Di sela-sela kesibukannya, istriku masih bisa ngajarin si Sasa, anak yang gede, ngaji, berhitung, menulis, dan nemenin Sasa belajar online. Sekarang Sasa yang baru 4 tahun, udah hafal surat An Naba dan on progress An Naziat plus surat-surat pendek sampe Al Quraish. Sasa juga udah apal doa harian. Udah bisa berhitung sampe 40. Udah bisa nulis 1-20. Udah pinter mewarnai. Dan bla bla bla. Yang, kadang bikin gw kaget sendiri. Kok bisa?

Di samping itu semua, istriku masih bisa menjalankan pekerjaannya sebagai dosen : ngajar, nyiapin materi dan rencana perkuliahan.

Dan sebagai penutup tulisan ini, gw mau bilang bahwa, YOU ARE REALLY REALLY GOOD AND CAPABLE WIFE. Jujur, gw bangga, bisa menyertai perubahan-perubahanmu yang keren ini. Justru mungkin sekarang gw yang perlu berbenah. Love you My Beautifull Lady.

Note :
kayaknya di awal gw pengen pake kata "aku", tapi kenapa balik pake "gw" lagi yak? Hehe. Bodo ah. Mau diedit udah kepanjangan.